Wednesday, September 30, 2015

Di manakah kebahagiaan itu?

Untuk sampai pada keadaan seperti saat ini, kita semua telah melakukan sejumlah pengorbanan. Kalian mengorbankan (baca: merelakan) apa yang kalian punya untuk mendapatkan cintaku, sedangkan aku mengorbankan (baca: merelakan) para pecintaku untuk menemukan mereka yang tulus & rela berbagi cinta demi aku. Berbagai pengorbanan yang telah kita lakukan apakah masih harus terus kita lakukan? Selama kita merasa masih belum sampai di ujung pencarian maka sampai selama itu-lah kita terus lanjutkan perjalanan kita. Jika demikian, lalu di manakah kebahagiaan itu? Bukankah kita hidup untuk mencari & meraih kebahagiaan? Bukankah salah satu hal yang menjadi kebahagiaan kita adalah cinta? & cinta sendiri akan berujung pada kebahagiaan melalui kebersamaan & penyatuan dengan yang dicinta? Tapi jika pencarian kita berlangsung seumur hidup, apakah itu berarti kita harus siap bertahan untuk tidak bahagia seumur hidup kita? Lalu di manakah kebahagiaan yang kita cari-cari, jika pencarian seumur hidup kita tidak menemukan hasil sama sekali?

Jika kita renungkan lagi, pernahkah kita merasakan kebahagiaan sewaktu kecil, di mana kita belum benar-benar menyadari apa arti kebahagiaan itu sendiri? Atau pernahkah kita merasakan kebahagiaan itu ketika kita sudah dewasa, saat kita sudah memahami banyak hal & paling tidak sudah memahami apa itu kebahagiaan walaupun sedikit? Ada yang mengartikan kebahagiaan itu sebagai mendapatkan & melakukan apa saja yang kita inginkan seperti ketika kita masih kecil atau ada juga yang mengartikan kebahagiaan itu sebagai ketenangan batin & kedamaian hati di tengah berbagai persoalan hidup yang kita alami ketika kita dewasa. Atau ada juga yang menggabungkan keduanya untuk mengartikan kebahagiaan. Ketika kita mendapatkan & melakukan apa saja yang diinginkan ketika kita sudah dewasa, maka hal ini bisa membuat kita bahagia tapi bisa juga membuat kita sengsara. Membuat kita sengsara jika dalam mendapatkan & melakukan apapun yang diinginkan dilakukan secara membabi buta serta menerobos berbagai batasan & larangan yang tidak diperbolehkan, karena dengan jalan ini, maka kita akan mendapatkan akibat yang buruk dari apa yang telah kita perbuat. Tetapi jika kita mendapatkan & melakukan apapun yang diinginkan secara baik-baik serta mematuhi berbagai batasan & larangan yang tidak diperbolehkan maka kita akan mendapatkan akibat yang baik sehingga hal ini akan memberikan perasaan yang bahagia karena telah mendapatkan & melakukan apa yang kita inginkan tanpa dikejar & dihantui oleh akibat buruk dari perbuatan kita. Perasaan tanpa dikejar & dihantui akibat buruk dari perbuatan kita ini akan menimbulkan ketenangan batin & kedamaian hati kita yang merupakan gabungan dari ke dua pengertian kebahagiaan di atas.

Tapi bagaimana dengan orang yang tidak bisa dengan bebas mendapatkan & melakukan apapun yang diinginkannya? Apakah dia tidak bisa bahagia? Jika kita kembali lagi pada pengertian kebahagiaan di atas, maka kebahagiaan ada yang diartikan sebagai ketenangan batin & kedamaian hati. Jadi kebahagiaan tidak melulu soal mendapatkan & melakukan apapun yang diinginkan karena ada juga orang yang dengan kekayaan & kekuasaan yang dimilikinya, bisa mendapatkan & melakukan apapun yang diinginkannya tetapi tetap tidak merasa bahagia serta malah membuatnya menjadi melampaui batas & terjerumus pada hal-hal terlarang sehingga akan membuatnya menjadi semakin menderita. Ketenangan batin & kedamaian hati terjadi ketika kita tidak diributkan & dibebani berbagai persoalan hidup. Tetapi keadaan seperti ini bukankah hanya bisa diberlakukan pada para pertapa/orang yang menjauhi segala hiruk pikuk keduniaan? Jika kita hanya melihat secara sebagian maka tidak mengherankan jika sampai muncul pertanyaan seperti itu. Kita masih bisa tetap beraktivitas seperti biasa & berada serta berbaur dengan orang lain dengan tetap memiliki ketenangan batin & kedamaian hati melalui penyikapan: "berbagai persoalan hidup" kita anggap seperti sebuah buku yang kita bawa dalam suatu perjalanan panjang. Ketika kita merasa berat membawanya, maka kita istirahat sebentar & meletakkan buku tersebut. Apabila diperlukan, kita bisa membuka-buka buku kita & membaca-bacanya untuk hiburan/untuk mengambil suatu pelajaran sebelum kita melanjutkan perjalanan. Dengan begitu maka batin kita akan tetap merasa tenang & hati kita akan tetap merasa damai.

Lalu apakah kunci agar bisa melakukan itu semua? Karena jika direnungkan, penggambaran di atas terlihat indah tetapi berat & sulit dalam penerapannya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis pernah membuat tulisan (Pertemuan dengan Seorang Gadis di Taman - Bagian 5) mengenai sebuah kata dari seorang bijak di masa lalu yang menemukan kata "kurma" sebagai singkatan dari kata "syukur & menerima". Kata ini bisa menjadi kunci menuju kebahagiaan. Kata ini bisa diterapkan dalam berbagai keadaan yang sedang dialami, baik ketika kita berada dalam keadaan duka maupun suka, dalam keadaan ketika di bawah maupun di atas, ketika terpuruk maupun ketika sukses, ketika tidak punya apa-apa maupun ketika punya segalanya & lain sebagainya. Apapun keadaannya, ketika kita memegang kata ini ("kurma" - bersyukur & menerima), kita akan merasakan ketenangan batin & kedamaian hati. Saat kita terpuruk, tiada jalan lain kecuali menerima keadaan tersebut agar tekanan batin tidak terlalu menyesakkan & menyakitkan hati akibat sikap tidak mau menerima kenyataan. Sedangkan rasa syukur kita panjatkan, karena dalam setiap keterpurukan selalu ada pelajaran berharga yang akan membuat kita merenungkan diri sendiri yang merupakan langkah awal & jalan menuju pengenalan diri. Melalui pengenalan diri, kita akan menemukan pintu kebahagiaan karena kita dapat mengetahui minat & bakat serta bidang yang menjadi kelebihan kita untuk kita gunakan dalam menapaki jalan menuju kebahagiaan kita atau kita dapat mengetahui kelemahan, kekurangan bahkan keburukan kita yang akan kita gunakan sebagai rambu-rambu dalam menentukan langkah menuju kebahagiaan kita.

Penjelasan di atas memang terlihat sederhana, mudah & indah tetapi kita tidak bisa menyangkal jika sesuatu yang ideal, nampak indah hanya ketika digambarkan/dibayangkan saja & akan sangat jarang/bahkan langka keadaan ideal tersebut dapat terjadi di dunia nyata. Tapi selama kita sudah berusaha, paling tidak kita sudah mengarah & berada di jalur menuju keadaan ideal tersebut. Jika para pembaca punya pandangan lain mengenai hal ini maka penjelasan di atas anggap saja sebagai gambaran umum & penyederhanaan situasi & kondisi kehidupan yang rumit dari sudut pandang penulis serta tulisan di atas anggap saja sebagai alternatif sudut pandang dalam memahami kehidupan.

No comments:

Post a Comment