Saat di beranda rumah A, D menyapa.
D: "Selamat pagi!"
A: "Selamat pagi D! Lama tidak jumpa. Apa kabar?!"
D: "Baik & hari ini aku merasa gembira!"
A: "Wah!!.. Syukurlah. Ada kabar apa hingga kamu bisa sebahagia itu?!"
D: "Jangan sekarang aku ceritakan soal itu padamu. Tapi sekarang aku mau mengajak kamu jalan-jalan ke kebun pamanku di pojok itu."
A: "Tumben?! Biasanya kamu suka ribut & cari gara-gara denganku! Jangan-jangan kamu mau ngerjain aku di kebun pamanmu ya?!"
D: "Tuh kan! Mulai lagi cari ribut denganku!"
A: "Kamu kan biasanya yang memulai!"
D: "Lah kok aku! Barusan kamu yang mulai duluan!"
A: "Ok-ok! Aku ngaku deh. Tadi aku yang mulai duluan. Tapi biasanya kamu kan yang mulai duluan."
D: "Yes!! Akhirnya kamu mau mengaku kalau kamu yang mulai duluan! Na..na..na..!"
A: "Hei! Aku dijebak! Wah!...Kamu curang!"
Kemudian D buru-buru berlari menghindari A karena takut digelitik olehnya & A pun bergaya seperti orang yang berlari kencang untuk mengejar D padahal sebenarnya A bisa menyusul D yang berlari pelan.
Kebun pamannya adalah kebun apel yang cukup luas yang terdiri dari beberapa bidang tanah dengan tanaman apel & sebidang tanah dengan hamparan rumput. Setibanya di sana, mereka berdua langsung berbaring di atas rumput sambil menghadap ke langit.
D: "Lega rasanya membaringkan tubuh & menghirup udara pagi yang segar dengan ditemani kehangatan sinar matahari pagi setelah berlari-lari seperti tadi."
A: "Kalau aku belum lega karena belum berhasil menggelitik kamu. Tapi sudahlah, berhubung aku orangnya baik hati jadi kamu kali ini aku ampuni."
D: "Kamu itu ya, suka tidak mau mengalah denganku. Sekali-sekali mengalah gitu ke calon istrimu. Hehe..."
A: "Apa tadi kamu bilang?! Calon istri?! Memangnya siapa yang bilang aku bersedia menikah denganmu? Tiap kali kita bertemu selalu saja ribut...ribut...& ribut. Bagaimana nanti kalau kita menikah?"
D: "Tapi kalau tidak ada aku hidupmu datar-datar saja karena tidak ada yang bisa diajak ribut."
A: "Apalagi kamu! Kamu tanpa aku seperti orang kebingungan & merasa kesepian walaupun di tempat yang ramai."
D: "Sudah..sudah..sudah!! Kalau diterusin, tidak bakal selesai perdebatan kita ini."
A: "Tumben kamu nyerah?!"
D: "Aku kan gadis yang baik hati, jadi kali ini kamu aku maafkan."
A: "Yah! Itu kan kata-kataku!"
D: "Tapi gak sama persis kan. Jadi itu tadi kata-kataku sendiri.. He..he..he.."
Sejenak suasana menjadi hening karena A & D saling bertatapan mata satu sama lain.
Kemudian tiba-tiba D tersenyum & berkata: "Bagaimana bisa ya aku jatuh cinta padamu. Padahal wajahmu biasa-biasa saja, fisikmu juga tidak kekar, kecerdasanmu juga tidak terlalu menonjol, apalagi kamu suka cari ribut denganku. Apa kamu pakai sihir?"
A: "Sihir?! Mahir kali maksudmu! Mahir dalam mengungguli pemikiranmu sehingga kamu tidak berdaya berhadapan denganku."
D: "Wah kamu ini... Bisa saja. Coba kita berdiri! Ada sesuatu yang mau kuberikan untukmu."
Saat mereka berdua berdiri, tiba-tiba D cepat-cepat mendekat & memeluk erat-erat A.
A kaget & berkata: "Hei! Apa ini?! Sudah...sudah...jangan lama-lama. Apa kamu tidak takut terjadi sesuatu yang diinginkan karena ulahmu ini. Soalnya di sini kan sepi & hanya ada kita berdua saja." Sambil mencoba melepaskan diri dari D.
D: "Aku sangat mengenalmu jadi tidak ada yang aku kuatirkan darimu lagi pula cuma sebentar saja kok. Aku sudah tidak tahan lagi untuk memelukmu. Karena sudah lama aku menunggu saat seperti ini."
Tidak beberapa lama kemudian mereka duduk bersebelahan sambil menatap kebun apel di hadapan mereka.
D: "Tahu tidak saat kamu di perantauan, orang tuaku aku ajak ke rumahmu?! Saat itu aku sudah tidak tahan ingin agar kita bisa bersama & bersatu sehingga orang tuaku & orang tuamu pada pertemuan itu membicarakan perjodohan kita tetapi karena kamu sedang merantau sehingga pembicaraan soal ini ditunda untuk menunggu kamu kembali."
A: "Kok aku tidak tahu?! Wah kamu malah merahasiakan hal penting seperti ini."
D: "Orang tuamu juga ikut merahasiakan hal ini. Laipula kamu juga tidak menolak kan jika aku yang mengajak nikah?!.. Hehehe... Jadi bagaimana? Kapan kita menikah?."
A: "Menikah itu perlu persiapan. Apalagi aku juga menawarkan poligami. Sehingga aku belum bisa memberikan jawabannya. Kalau kamu memang sangat ingin menikah, menikahlah dengan orang lain, jadi tidak perlu menungguku."
D: "Jadi kamu ragu dengan cintaku?!"
A: "Terserah kamu menganggapku ragu dengan cintamu apa tidak. Aku cuma memikirkan umurmu saja. Jangan sampai karena menungguku, kamu melewatkan usiamu dengan begitu saja."
D: "Iya aku tahu & aku sudah memantapkan niat untuk hidup bersamamu sampai akhir hayatku. & itulah mengapa hari ini aku bahagia karena orang tuaku kemarin menanyakan lagi padaku soal ini. Mereka berbicara seperti yang tadi kamu katakan & kita sepakat untuk memberimu waktu sampai beberapa lama. Apabila sampai waktu yang ditentukan itu & ternyata kamu belum siap, maka siap tidak siap kita harus menikah dengan bagaimanapun keadaanmu saat itu."
A: "Memangnya aku pria apa'an?! Sehingga menikah dalam keadaan tidak siap?!"
D: "Tunggu..tunggu..! Jangan salah paham. Aku tahu seperti apa egomu dalam mempertahankan harga dirimu. Tapi tolonglah aku, aku-lah yang tidak siap jika terlalu lama menunggumu. Aku serasa mati, kebingungan & kehilangan diriku karena tidak bisa bersamamu."
A: "Oh, aku mengerti. Kalau begitu, doa'kan aku agar semuanya berjalan lancar & sukses."
D: "Dirimu senantiasa kusertakan dalam setiap doaku."
No comments:
Post a Comment